TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengatakan pada ujian nasional (UN) tahun 2013 pihaknya akan mengeluarkan kebijakan baru, yakni membuat soal UN dalam 20 jenis soal. “Sehingga (siswa) satu kelas makin susah menyontek karena tak ada soal yang sama,” kata M. Nuh setelah menghadiri pertemuan dengan Presiden SBY di Yogyakarta, Sabtu 26 Mei 2012.
Menurut Nuh, tingkat kelulusan UN memang meningkat dan kejadian menyontek terus turun. “Tapi, untuk meningkatkan proses kejujuran siswa dalam mengerjakan soal, harus terus dilakukan pembenahan.”
Prof Djoko Suryo, pengamat pendidikan
Menurut Nuh, tingkat kelulusan UN memang meningkat dan kejadian menyontek terus turun. “Tapi, untuk meningkatkan proses kejujuran siswa dalam mengerjakan soal, harus terus dilakukan pembenahan.”
Prof Djoko Suryo, pengamat pendidikan
dan kebudayaan dari UGM, menilai, semakin banyak variasi soal, akan semakin meredam aksi penjual bocoran soal. Namun perubahan dari 5 variasi soal menjadi 20 varian memerlukan kajian tersendiri agar tidak menjadi beban negatif aspek lainnya.
Pemerintah juga harus memperbaiki kinerja panitia pembuat soal, mengingat selama ini masih banyak soal yang salah ketika dibagikan ke peserta ujian. “Jumlah tenaga pembuat soal harus ditambah, dan ini menyangkut biaya lebih besar,” kata dia.
Tahun ini angka kelulusan siswa tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah mencapai 99,5 persen dari 1,52 juta peserta UN. Adapun tingkat kelulusan siswa sekolah menengah kejuruan mencapai 99,7 persen dari 1,03 juta peserta UN. Tahun ini tingkat ketidaklulusan lebih rendah dibanding tahun lalu, yang mencapai 7,19 persen atau 67.935 siswa tidak lulus.
Menteri Nuh mengaku senang ada dinamika yang berjalan dengan baik dalam dunia pendidikan jika melihat perkembangan hasil UN dari tahun ke tahun. Dinamika itu, misalnya, dapat dilihat dari kenyataan bahwa dua tahun lalu hasil terbaik UN berturut-turut dipegang oleh Provinsi Bali, tapi sekarang yang terbaik dipegang oleh Provinsi Jawa Timur.
Kemarin pengumuman kelulusan dirayakan para siswa dengan berbagai cara. Di SMA Negeri 3 Lumajang, misalnya, mereka membagi-bagikan beras kepada tukang becak yang melewati sekolah. Aksi tersebut sebagai wujud rasa syukur atas kelulusan siswa SMA Negeri 3 yang mencapai 100 persen.
Di Kediri, para siswa SMA Negeri 7 mengumpulkan seragam, digalang oleh para suporter kesebelasan AC Milan. Para suporter itu sengaja meminta seragam para siswa yang lulus untuk kemudian disumbangkan kepada yang membutuhkan. “Ide ini menarik untuk mencegah aksi coret-coret yang biasa dilakukan para siswa,” kata Kepala Sekolah Halimi Mahfudz.
Pemerintah juga harus memperbaiki kinerja panitia pembuat soal, mengingat selama ini masih banyak soal yang salah ketika dibagikan ke peserta ujian. “Jumlah tenaga pembuat soal harus ditambah, dan ini menyangkut biaya lebih besar,” kata dia.
Tahun ini angka kelulusan siswa tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah mencapai 99,5 persen dari 1,52 juta peserta UN. Adapun tingkat kelulusan siswa sekolah menengah kejuruan mencapai 99,7 persen dari 1,03 juta peserta UN. Tahun ini tingkat ketidaklulusan lebih rendah dibanding tahun lalu, yang mencapai 7,19 persen atau 67.935 siswa tidak lulus.
Menteri Nuh mengaku senang ada dinamika yang berjalan dengan baik dalam dunia pendidikan jika melihat perkembangan hasil UN dari tahun ke tahun. Dinamika itu, misalnya, dapat dilihat dari kenyataan bahwa dua tahun lalu hasil terbaik UN berturut-turut dipegang oleh Provinsi Bali, tapi sekarang yang terbaik dipegang oleh Provinsi Jawa Timur.
Kemarin pengumuman kelulusan dirayakan para siswa dengan berbagai cara. Di SMA Negeri 3 Lumajang, misalnya, mereka membagi-bagikan beras kepada tukang becak yang melewati sekolah. Aksi tersebut sebagai wujud rasa syukur atas kelulusan siswa SMA Negeri 3 yang mencapai 100 persen.
Di Kediri, para siswa SMA Negeri 7 mengumpulkan seragam, digalang oleh para suporter kesebelasan AC Milan. Para suporter itu sengaja meminta seragam para siswa yang lulus untuk kemudian disumbangkan kepada yang membutuhkan. “Ide ini menarik untuk mencegah aksi coret-coret yang biasa dilakukan para siswa,” kata Kepala Sekolah Halimi Mahfudz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar